Senin, 27 Mei 2013

Kisah Nabi Ismail

Nabi Ibrahim mempunyai dua isteri. Isteri pertama beranama Sarah. Isteri kedua bernama Hajar. Sarah melahirkan seorang anak laki-laki dinamakan Ishak. Hajar melahirkan Ismail. Dewi Sarah merasa kurang senang hidup bersama hajar. Berkali-kali ia minta kepada suaminya agar Hajar dan anaknya dipindah saja ke tempat lain. Nabi Ibrahim tidak segera menuruti permintaanya. Barulah setelah menerima perintah Allah, Ibrahim mengajak hajar dan Ismail pindak ke Mekah. Ismail pada waktu itu masih menyusu. Ia terpaksa harus ikut kedua orangtuanya menempuh perjalanan jauh. Perjalanan yang melelahkan. Hajar dan Ismail diletakkan di daerah yang tandus, padang pasir yang sunyi dan terik matahari yang menyengat kulit. Tak ada seorangpun kecuali mereka berdua. Asal Usul Telaga Zam-Zam Karena disekitar tempat itu tak ada mata air, sedang perbekalan sudah habis. Ismail pun merasa kehausan. Ia menangis karena tak tahan menahan rasa haus. “Sabarlah anakku, Ibu akan mencari air untukmu.” Demikian kata Hajar sambil berlari mencari air. “Ya Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini, yang sedang dalam bahaya kematian. Kami bertambah payah, lemah, dan kehausan.” Hajar berlari ke gunung Shafa tetapi tidak terdapat air. Kemudian turun dan naik lagi ke gunung Marwa. Tak ada setetes airpun. Dengan berlinang air mata ia berkata: “Oh, sabarlah anakku. Sabar.........” Tiba-tiba tak jauh dari ismail nampak seorang lelaki datang menghampiri. Lelaki itu menjejakkan kakinya ke tanah maka keluar air yang berlimpah-limpah dan memancar ke segenap penjuru. Dewi Hajar segera berlari ke tempat itu untuk mengambil air. Dengan demikian terhindarlah Ismail dari kematian karena haus. Lelaki yang tak lain adalah malaikat Jibril itu kemudian berkata: “zam-zam ! zam-zam !” artinya berkumpullah. Maka airpun berkumpul menjadi mata air yang sejak saat itu disebut Telaga Zam-Zam. Sebelum Jibril pergi, ia berpesan kepada Hajar: “hai Hajar ! jangan engkau kuatirkan akan kehabisan air. Telaga ini bukan hanya untuk orang-orang disini saja. Melainkan juga untuk tamu-tamu Tuhan. Dan bapak anak ini nanti akan datang untuk membangun rumah Allah di tempat ini.” Yang dimaksud tamu-tamu Tuhan adalah orang-orang yang mengerjakan ibadah Haji. Yang dimaksud rumah Allah adalah Ka’bah. Memang, bekas perjlanan Sarah, Ibrahim, dan Ismail sampai zaman sekarang ini dijadikan amalan ibadah Haji. Dengan adanya sumur Zam-Zam inilah maka banyak berdatangan burung-burung padang pasir. Mereka berkerumun disekitar sumur sehingga menarik perhatain para khafilah yang melewati tempat itu. Semkin lama semakin banyak orang yang berdatangan dan menetap di tempat itu bersama Hajar dan Ismail. Hajar dan Ismail dianggap sebagai pemilik tempat itu sehingga para pendatang yang berasal dari suku Jurhum itu sangat menghormatinya. Mereka meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil, air zam-zam dan mendirikan tempat tinggal di sekitar sumur zam-zam. Ujian Paling Berat bagi Ibrahim dan Ismail Setelah beberapa tahun Ibrahim meninggalkan anak dan isterinya di padang pasir yang tandus, ia pun merasa rindu. Ismail dibawa ke atas bukit. Pedang telah telah di siapkan, ketika pedang itu berada di leher Ismail. Hampir menempel, tiba-tiba tubuh Ismail diganti dengan seekor kambing yang gemuk. Setiap kali ia mengirim utusan melihat keadaan anak dan isterinya, setiap itu pula ia merasa lega. Ternyata dari para utusan itu ia dapat keterangan bahwa Hajar dan Ismail dalam keadaan baik-baik saja. Anak dan isterinya dianggap pemilik dan pemimpin di Mekah. Karena isterinya dan anaknya itulah yang pertamakali menetap dan bertempat tinggal disana. Demikianlah, Ibrahim akhirnya tak dapat menahan kerinduannya yang selama ini terpendam. Ia berangkat ke Mekah dan bertemu dengan Hajar dan Ismail di Padang Arafah. Anak dan isterinya sedang menggembalakan ternak yang cukup banyak. Ia merasa lega bercampur haru ternyata kehidupan isteri dan anaknya tidak kurang suatu apa, tampaknya malah serba kecukupan. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ketiga anak manusia itu beristirahat di Muzdalifah karena kelelahan. Ibrahim memang kelelahan. Palestina-Mekah bukanlah jarak yang dekat. Maka ia tertidur saking lelahnya. Dalam tidurnya yang hanya sebentar itu ia mendapat wahyu melalui mimpi. Bahwa ia diperintah Allah supaya menyembelih Ismail. Ya , Ismail harus dikorbankan sebagai bukti tunduk patuhnya Ibrahim kepada Tuhannya. Begitu terbangun ia berdebr-debar. Ujian kali ini benar-benar berat. Ia begitu menyayangi Ismail, tapi Tuhan menghendaki anak yang sangat dicintainya itu. Agak ragu, namun akhirnya ia menguatkan hati demi rasa cintanya yang lebih besar kepada Tuhan. Ia beritahukan mimpi itu kepada Ismail. “Wahai Ismail anakku, aku tadi malam diperintah Allah untuk menyerahkanmu sebagai korban. Aku harus menyembelihmu, sekarang bagaimanakah pendapatmu, Nak?” kata Ibrahim. “Wahai ayah, sekiranya itu perintah Allah, maka laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, dan aku akan tetap sabar dan ikhlas.” Jawab Ismail mantap. Dikisahkan betapa Iblis berusaha merintangi perintah Allah, Ibrahim, Sarah, dan Ismail berkali-kali dibujuk agar tidak mau melaksanakan perintah itu. Namun ketiganya tetap melaksanakan perintah Allah. Iblis tak mampu menggoda mereka. Ismail dibawa ke atas bukit. Pedang sudah disiapkan, ketika pedang itu berada di atas leher Ismail. Hampir mrnrmpel, tiba-tiba tubuh Ismail diganti dengan seekor kambing yang gemuk. Malaikat Jibril yang melakukannya. Dengan demikian selamatlah Ismail dari penyembelihan. Allah berfirman kepada Ibrahim: “Hai Ibrahim, kau sudah melaksanakan perintah-Ku dengan ikhlas. Dan sekarang sebagai gantinya Aku berikan binatang ternak untuk disembelih. Ini adalah cobaan yang sangat besar bagimu.” Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10Dzulhijjah di Mina. Hingga sekarang dirayakan umat Islam sebagai Hari Raya Korban. Ummat Islam melaksanakan ibadah haji juga melakukan korban di Mina sebagai penghormatan atas Nabi Ibrahim. Petunjuk Ibrahim kepada Putranya dalam Memilih Isteri Semakin hari semakin banyak orang yang menetap di sekitar sumur zam-zam. Umur Ismail semakin bertambah. Sesudah tiba saatnya ia dikawinkan dengan wanita Jurhum. Pada suatu hari Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Pada waktu Ismail sedang tudak berada di rumah. Hanya isterinya yang ada di rumah. “Dimana Ismail?” tanya Ibrahim. “Ismail sedang keluar untuk berburu,” jawab isteri Ismail. “Bagaimana keadaan rumah ini?” tanya Ibrahim lagi. “Aduh,” keluh wanita itu. “Rumah ini dalam keadaan kesulitan dan kesempitan.” Wanita itu kemudian menceritakan keburukan dan kekurangan Ismail. “Apakah kamu mempunyai jamuan?” tanya Ibrahim. “Aku tidak punya makanan dan minuman, aku tidak punya apa-apa.” Jawab wanita itu. Betapa kecewa Ibrahim melihat penampilan isteri anaknya itu. Wanita itu tidak menghormati suaminya dengan menceritakan kekurangan suaminya sendiri tanpa tersisa. Sebelum pamit Ibrahim berpesan kepada wanita itu: “Katakan kepada suamimu bahwa ambang pintu sebelah ini cepat diganti.” Ketika Ismail datang diceritakan semua yang terjadi kepada suaminya, juga wasiat ayahnya. Ismail mengangguk, kemudian brkata pada isterinya: “Maksud ayahku, aku harus menceraikanmu. Kamu harus pulang ke rumah keluargamu.” Sesudah bercerai dengan wanita itu Ismail kawin lagi dengan wanita lain. Kali ini isterinya berbudi mulia, mukanya selalu manis dan ramah. Ketika Ibrahim berkunjung disambutnya dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan serta kekurangan Ismail. Sebelum pergi Ibrahi berpesan kepada menantunya itu: “Katakan kepada suamimu. Ambang pintu jangan diganti.” Bahasa isyarat itu cepat dimengerti oleh Ismail. Kali ini ayahnya menyetujui perkawinannya. Isterinya kali ini adalah pilihan yang tepat. Ismail hidup berbahagia dengan isterrinya itu. Ia mempunyai eberapa keturunan. Dari keturunannya inilah akan lahir seorang nabi menutup yaitu Nabi Muhammad SAW. Mendirikan Ka’bah Pada suatu hari Ibrahim mendapat perintah untuk mendirikan ka’bah di dekat Telaga Zam-Zam. Diberitahukan hal itu kepada Ismail. Maka keduanya sepakat untuk membangun rumah Allah yang akan dipergunakan untuk beribadah. Merreka membangun Ka’bah dengan tangan-tangan mereka sendiri. Diangkutnya batu dan pasir serta bahan-bahan lainnya dengan tenaga yang ada padanya. Setiap usai bekerja mereka berdo’a kepada Allah: “Ya Allah terimalah perembahan kami ini. Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada engkau, begitupula anak dan keturunan kami semua menjadi mat yang tunduk dan patuh, tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” Pada saat membangun rumah suci itu Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah batu besar berwarna hitam mengkilat. Dan sebelum meletakkannya batu itu diciuminya sambil mengelilingi bangunan Ka’bah. Batu tersebut sampai sekarang nasiih ada dan dinamakan Hajar Aswad. Setelah bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah menyembah Allah. Tata cara ibadah yang diajarkan kepada Ibrahim dan Ismail inilah yang juga aka diajarkan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang akan datang hingga Nabi Muhammad SAW. Khitan Ketika nabi Ibrahim berumur 90tahun dan Ismail berumur 13tahun, mendapat perintah Allah untuk melakukan khitan atau sunat. Khitan ini terus dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya. Termasuk ajaran Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Dengan khitan terhindarlah seseorang dari penyakit kelamin dan menambah nikmatnya hubungan suami isteri. Konon, khitannya nabi Ibrahim dilakukan dengan kampak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar